KONTRADIKSI PEMBELAJARAN DARING DALAM LINGKUP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TENGAH PANDEMI COVID-19

 Mega Sefia (19170011)

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Alamat: Jl. Gajayana No. 50 Dinoyo Kec. Lowokwaru Kota Malang 

Abstrak 

Covid-19 atau coronavirus disease 2019 yang menyebar di Indonesia sehingga Indonesia menyatakan adanya pandemic tentu sangat berpengaruh dalam seluruh civitas yang ada. Pengaruh tersebut tentu ada dalam sistem atau kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia. Sistem kurikulum yang ada mengalami perubahan drastis seperti proses pendidikan yang mulanya bertatap muka dialihkan menjadi daring (dalam jaringan). Perubahan yang signifikan ini terjadi pada semua jenjang pendidikan yang ada. Terjadinya perubahan ini menuai pro dan kontra dikalangan pelajar begitu juga masyarakat utamanya orang tua dari peserta didik. Khususnya dalam Pendidikan Anak Usia Dini dimana yang seharusnya usia ini adalah usia yang menggunakan metode belajar bermain dan mencontoh, hal ini tidak dapat dilakukan karena adanya aturan belajar di rumah. 

Kata Kunci: covid-19, kontra, daring, dan PIAUD.

Pendahuluan

  Pandemi yang terjadi di Indonesia menuai kontra yang besar, kuhusunya dengan adanya aturan belajar di rumah menjadikan sebagian besar orang tua mengalami kewalahan dalam mengatur dan mendidik anaknya. Khususnya orangtua yang anaknya masih usia dini, dimana anak usia dini harusnya mengalami belajar bersama teman dengan cara bermain dan mencontoh dari guru pendidik mereka hanya terbatas belajar dirumah. Padahal secara psikologis usia dini mudah menerima pendidikan secara langsung karena belum mampu berfikir konkret dan abstrak. 

Pembahasan

Penyakit koronavirus 2019 atau COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis koronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi koronavirus 2019–2020. Penderita COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas. Sakit tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin lebih jarang ditemukan. Pada penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan multiorgan.

Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya Penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, singkatan dari COVID-19) di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2. Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Hingga 17 September 2020, lebih dari 29.864.555 orang kasus telah dilaporkan lebih dari 210 negara dan wilayah seluruh dunia, mengakibatkan lebih dari 940.651 orang meninggal dunia dan lebih dari 20.317.519 orang sembuh.

Dari berita yang menjadi momok bagi seluruh masyarakat khususnya civitas akademik di segala jenjang, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yang mengatur kurikulum pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 36962 tertanggal 17 Maret 2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19). Dimana surat ini berisi bahwa dalam rangka pencegahan terhadap perkembangan dan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimbau untuk melakukan segala aktivitas melalui daring.

Dengan adanya aturan tersebut sebagian besar orangtua mengalami keresahan utamanya dalam pendidikan anak usia dini. Dirasa pendidikan anak usia dini ini perlu tatap muka karena harus mengikuti strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan keadaan psikologi anak usia dini. Adapun hal yang harus dipenuhi dalam pendidikan anak usia dini ada beberapa pendekatan sebagai berikut:

Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Berikut terdapat beberapa macam pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pada anak usia dini :

1.      Pendekatan Discovery

Discovery ialah proses mental dimana siswa/anak didik mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. 

Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Pembelajaran ini memfokuskan pada kegiatan keaktifan anak. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan sesuatu yang belum diketahui anak.

Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

2.      Pendekatan Proses

Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.

 Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap proses pendidikan yang dialaminya.

3.      Pendekatan Kongkrit

Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang nyata, dalam hal ini anak dapat menangkap secara jelas terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan anak.

Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar anak tidak menerawang dan bingung. Maksudnya adalah anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi pembelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda nyata diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-materi yang diajarkan oleh guru.

Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah melalui benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan media yang nyata untuk memberikan pembelajaran terhadap anak.

4.      Pendekatan Holistik

Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam satu kesatuan program utuh dan proporsional.

Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung arti penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat sesuai tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal ini, diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga sekolah dan masyarakat atau Tripusat Pendidikan.

Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, berikut ini: 

1.      Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain. 

2.      Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatif baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

3.      Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu.

4.      Proses kegiatan belajar anak usia dini harus diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu.

Dengan adanya alasan tersebut banyak orangtua yang tidak setuju dengan proses belajar daring, karena tidak sedikit orangtua yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri seperti orangtua yang harus bekerja dari rumah, sehingga orangtua tidak bisa mengawal proses pendidikan anak secara optimal.Kontradiksi ini tentu menjadi pertimbangan ulang untuk peraturan pada semester selanjutnya, kemungkinan besar sangat diusahakan untuk belajar tatap muka.

Kesimpulan

Pandemi Covid-19 yang ada di Indonesia menjadikan perubahan aturan segala civitas yang ada, khususnya dalam bidang pendidikan pemerintah mengeluarkan aturan yaitu belajar mengajar melalui daring. Sedangkan dengan adanya proses belajar di rumah, pendidikan anak usia dini sulit terealisasikan secara optimal karena psikologis anak harus belajar atau mampu menerima pendidikan secara langsung. Dari kenyataan tersebut timbulah kontradiksi dari orang tua anak usia dini dengan alasan yang kuat karena menyangkut strategi pembelajaran, metode, serta psikologis anak dalam menerima proses pendidikan tidak mampu berjalan secara optimal, sehingga mereka merasa anak-anak mereka mengalami keterlambatan belajar atau pengetahuan. 


Belum ada Komentar untuk "KONTRADIKSI PEMBELAJARAN DARING DALAM LINGKUP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TENGAH PANDEMI COVID-19"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel