ANALISA EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN SISTEM DARING PADA SEKOLAH DASAR GUNUNG GENI DIMASA PANDEMI COVID-19
Taufikur Rohman Muzekki1
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang rohmanmuzekki@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk membahas perihal efisiensi pembelajaran daring dimasa pandemic covid-19 dengan menggunakan aplikasi whatsapp. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memastikan keefisiensian pembelajaran Daring (dalam jarigan) dan diimplementasikan sebagai budaya belajar yang baru. .
Penelitian ini merupakan penelitian pembelajaran kebahasaan yang menekankan pada praktik belajar bahasa Arab yang efisien dan efektif. Maka dalam hal ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui sistematika pelaksaan pembelajaran menggunakan strategi kooperatif dengan berbagai data yang dikumpulkan dengan melibatkan beberapa pihak terkait seperti tenaga pendidik dan para peserta didik yang mengikuti kegiatan belajar mengajar
Hasil penelitian menyebutkan bahwa 70% siswa merasakan keefektifitasannya dengan memaparkan berbagai kenyamanan dan keunggulan terkait penggunaan strategi tersebut. Namun disisi lain 30% dari mereka merasakan bahwa strategi tersebut kurang efektif didalam kondisi pandemic saat ini
Kata Kunci: efektifitas daring pada sekolah dasar .
PENDAHULUAN
Di era 4.0, dunia pendidikan berkembang begitu pesat dari waktu ke waktu. Perkembangannya meliputi beberapa pilar-pilar kehidupan yang memberikan efek yang begitu signifikan terhadap perkembangan manusia. Bahkan perkembangannya tidak dapat dikatakan sangat lamban dan terbata-bata, karena kedinamisannya berjalan sangat agresif dan menjanjikan sehingga beberapa pakar perlu mengembangkan beberapa hal yang dianggap sangat inheren dengan pendidikan. Perhatian beberapa pakar ini tidak lain hanya untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat untuk menjadi lebih baik dan beperadaban. Zaid Abu Zaid mengatakan dalam Artikelnya yang berjudul Mafhum At Tarbiyah Wa
1 Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Tathawwuriha ‘abra At Tarikh Al Insani bahwa “Tidak dapat dikatakan sebagai pendidikan jika tidak bertujuan untuk membangun kehidupan manusia yang baru dengan perkembangan kehidupan yang lebih maju, sebab pendidikan meluas berdasarkan hasil budaya manusia dari zaman ke zaman”. Dengan demikian, proses perkembangan dunia pendidikan merupakan proses
pembaharuan kehidupan yang lebih baik.
dalam perkembangan pendidikan, pembelajaran merupakan salah satu yang berperan penting dalam membangun perkembangan. Sebab, pembelajaran merupakan jembatan yang memberikan akses perkembangan dalam dunia pendidikan dengan melibatkan penyebaran ilmu yang relevan dengan zaman melalui interaksi tenaga pendidik, peserta didik dan fasilitas pendidikan serta beberapa proses-proses pembelajaran dengan metode-metode praktis dan efektif. Metode-metode inilah yang menuntun pembelajaran untuk berdinamika dan berkembang sehingga pendidikan mencapai pada suatu tujuan.
metode pembelajaran mempunyai beberapa karakteristik dan cara penggunaanya. Karakteristik disini meliputi suatu penekanan terhadap objek pembelajaran dengan memperhatikan kondisi yang dianggap lebih dibutuhkan atau dapat memberikan pengaruh yang sangat cepat didalam perkembangan pendidikan. Sedangkan cara penggunaan metode tersebut meliputi langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada pendalaman objek sesuai dengan karakteristik masing-masing. Maka sangat dipandang perlu pemilihan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat memberikan beberapa hal yang sangat membantu dalam membangun pendidikan dalam lingkup pola yang lebih baik.
Berbagai instansi pendidikan di indonesia seringkali bingung terhadap pembelajaran didalam mensukseskan strategi-strategi praktis di era pandemi. Dengan demikian, peneliti mengungkap sebuah proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di SDN Gunung Geni.
SDN Gunung Geni adalah sekolah dasar negeri yang terletak di desa gunung geni kecamatan banyuanyar kabupaten Probolinggo. Sekolah Dasar ini mengutamakan keaktifan siswa dengan menggukan metode pembelajaran K-13 yang mengacu pada kreatifitas, kecakapan linguistik, dan peningkatan bakat.
Proses pembelajaran sebelumnya di instansi ini mengalami perkembangan yang signifikan. Akan tetapi, perkembangannya semakin terhambat Ketika pandemi Covid-19 tersebar. Pada akhirnya, pengelola sekolah mengikuti arahan dari kementrian Pendidikan dan budaya dengan menerapkan system pembelajaran daring.
Dari pembelajaran ini, terdapat beberapa platform yang digunakan yaitu whatsapp, zoom, google classroom dan google form. Keempat pltform ini diimplementasikan dengan metode belajar kooperatif. Sehingga, peningkatan kualitas belajar dan budaya belajar sekolah tetap efisien.
Dengan demikian, peneliti menimbang perlu untuk mengulas strategi Kooperatif dalam pembejaran di era pandemic Covid-19 guna menjadi referensi pembaca dalam mengembangkan pendidikan khususnya dalam pembelajaran sekolah dasar.
KAJIAN TEORI
Strategi Pembelajaran Kooperatif
strategi secara bahasa berasal dari bahasa inggris yaitu Strategi yang berarti Siasat. Adapun secara istilah didalam KBBI adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran adalah kegiatan, waktu, pelaku dan materi yang berkaitan dengan pendidikan. Jadi, Strategi Pembelajaran adalah integrasi antara pelaku pendidikan dan materi pendidikan untuk mencapi suatu tujuan pembelajaran yang baik. Menurut romiszowski dalam bukunya bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan yang digunakan seseorang dalam usaha memilih metode pembelajaran. Artinya, strategi pembelajaran ialah bentuk politisasi pembelajaran guna mendapatkan tujuan yang sempurna dengan cara dan pratik yang efisien. Lou Carey dalam bukunya bahwa strategi pembelajaran adalah komponen umum dari sistem materi prosedur pembelajaran yang diintegresikan secara bersama.2 akan tetapi hal ini sedikit bertentangan dengan pendapat romiszowki bahwasanya strategi pembelajaran adalah kegiatan yang digunakan seseorang dalam usaha memilih metode pembelajaran.3 Akan tetapi suparman mendevinisikan strategi pembelajaran dengan menarik benang merah
2 Dick, Walter dan Lou Carey. The Systematic Design of Intruction (Illinois: Scott foresman and
company, 1990) hal 106.
3 Alexander Romiszowski. Designing Instructional System (London: Kohan Page, 1981) hal 241.
dari pendapat kedua ahli tersebut bahwasanya strategi pembelajaran ialah perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, warga belajar, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.4 maka dari itu, pada hakikatnya, strategi pembelajaran adalah langkah untuk mencapai tujuan dengan efektif dan menggabungkan beberapa bagian pembelajaran dan mempertimbangkannya lalu menerapkannya dengan sesuai dengan konsep pratisnya.
adapun Kooperative secara bahasa berasal dari bahasa inggris yang berarti gotong royong. Adapun secara istilah sebuah kegiatan yang dilakukan bersama untuk tujuan bersama. Jadi, strategi pembelajaran kooperatif atau Cooperatif learning atauالتعاوني التعلم إستراتيجية adalah kegiatan belajar yang dilakukan secara bersama untuk tujuan bersama dengan mengintegrasikan pelaku, kegiatan, waktu dan materi pembelajaran. Sedangkan slavin mendevinisikan bahwa strategi kooperatif ialah sebuah gaya belajar dengan membentuk suatu kelompok yang terdiri dari 4-6 peserta didik dengan struktur heterogen lalu belajar bersama dalam materi yang sama.5 Adapun pendapat mengenai titik terang strategi sebagai berikut:
1. Strategi kooperatif adalah gaya belajar yang dilakukan dengan membuat barisan lalu para peserta didik membuat kelompok kecil yang berisi paling sedikitnya 4 orang kemudian mereka belajar bersama, saling menolong, saling berdiskusi, dan saling berusaha untuk memecahkan masalah.6
2. Strategi kooperatif adalah gaya belajar yang mengelompokkan peserta didik lalu setiap dari mereka menghasilkan sesuatu yang berbeda, dan mereka gotong royong dalam mencapai suatu tujuan bersama.7
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwasanya Strategi kooperatif adalah implementasi belajar dengan membentuk sekelumit kelompok dari peserta didik agar saling bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan.
4 Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: PAU-UT, 1987) hal 165.
5 Isjoni, Efektifitas Pembelajaran Kemlompok (Jakarta: Alfabeta, 2011) hal 408.
6 ‘Affat Mushthofa At Thanawi, Tadris Al Fa’al Tahthithuhu Maharaatuhu istiratijiyyatuhu taqwimuhu
(Oman: ‘Alam Al Kutub wa At Tawzi’, 2005) hal 137.
7 Fakhri Rasyid Hadar, Tharaiq Tadris Ad Dirasat Al Ijtima’iyyah (Oman: Dar Al Masirah li An Nasyri
wa At Tawzi’, 2015) hal 84.
Strategi kooperatif digagas pertama kali oleh Kafka Kurt (seorang penggagas teori gestalt) pada tahu 1900.8 Dia meyakini bahwa Kooperatif salah satu hal yang dinamis dan interpedensi diantara beberapa anggotanya sangat variatif. Kemudian hal ini dikembangkan oleh Lewin Kurt dengan 2 (dua) catatan:
1. Dasar dari pengelompokan adalah interpedensi antara kelompok.
2. Suatu yang yang mengeratkan anggota internal yang menggerakkan mereka
untuk merealisasikan tujuan bersama.
lalu pada tahun 1949-1962, Dentsch Morton mengembangkan strategi tersebut dengan formula koopertif kompetitif. Dan dilanjutkan perkembangannya oleh David Johnson dengan teorinya “Interpedensi konvensional/sosial interpedensi” dengan dilandaskan hasil observasinya yang menunjukkan bahwa 600 lebih sistem pembelajaran praktis menggunakan sistem belajar kompetitif dan individual, sedangkan lebih dari 100 sistem pembelajaran menggunakan strategi kooperatif dari tahun 1898 M sampai sekarang. Sehingga ada 3 poin yang mendasari teorinya yaitu:
1. Adanya produktifitas
2. Adanya keterkaitan nilai positif
3. Adanya kesehatan mental
maka disimpulkan bahwa, strategi pembelajaran kooperatif lebih meningkatkan tingkat produktifitas dan nilai positif serta perhatian terhadap kesehatan mental.
dan teori ini sebenarnya diimplementasikan mulai tahun 1806 di New York. Akan tetapi, teori ini benar-benar difokuskan dan diimplementasikan berdasarkan teori pada tahun 1995 di beberapa instansi Amerika. Kemudian teori ini dikembangkan kembali oleh Parker dan Dewey Johnson sehingga muncul beberapa bagi dari pola penggunaannya.
Menurut Stahl bahwasanya ciri-ciri strategi pembelajaran kooperatif sebagai berikut: (1) Belajar dengan teman sebaya, (2) saling bermuwajahah, (3) menerima pendapat teman, (4) produktif berpendapat, (5) Sama-sama aktif dalam mengembangkan ilmu.9 Namun jika ditinjau secara karakteristik, Strategi ini
8 Nihad Sajid ‘Abud As Samarrai, Istiratijiyyah At Ta’allum At Ta’awuni (Samarra: Majalah Samarra,
2019) Hal 7.
9 R. J. Stahl, Cooperative Learning Social Studies (New York: Addison Wesley, 1994) Hal 19.
condong kepada toleransi antar peserta didik dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Hal ini sebenarnya ialah bentuk ilmiah dari penggalan pepatah yang mengatakan “Satu lidi tidak dapat membersihkan halaman”. Karena memang benar, strategi ini mampu menembus suatu ruang yang terikat oleh sosial.
Sejatinya, konsep kooperatif bukanlah satu pola yang meniadakan sikap mandiri atau meningkatkan tingkat ketergantungan. Sebab ada beberapa unsur dasar dalam konsep kooperatif sehingga meniadakan beberapa konsekuensi tersebut yaitu:
1. Social Interpedensi. Social Interpedensi adalah ketergantungan sosial terhadap teman sekelompok. Hal ini merupakan unsur dasar dari strategi pembelajaran kooperatif. Sebab, unsur ini menyatakan kerja sama dengan sesama anggota sekelompok dengan saling berbagi dan membantu sesuai dengan pengetahuan masing masing sehingga dapat memotivasi dan menghilangkan kebosanan.
2. Tanggung jawab individu dan tanggung jawab bersama. memang perlu ditegaskan bahwasanya dalam strategi kooperatif untuk benar-benar memastikan terkait tanggung jawab pribadi dan kelompok. Sebab, pada hakikatnya, setiap peserta didik mempunyai tanggung jawab pribadi. Maka perlu dipertegas terkait tugas mana tugas yang diimplementasikan dengan kooperatif sehingga tujuan perkelompok menjadi lebih jelas dan dapat direalisasikan dengan baik. Dengan demikian, pembagian tugas secara individu perlu dilakukan agar dapat dipersentasikan didalam forum dan melatih kemandirian didalam konsep kooperatif.10
3. Bekerja sama saling menguatkan satu sisi dengan sisi yang lain. dalam hal ini seperti yang kita ketahui, bahwa setiap manusia mempunyai bakat masing- masing dan tingkat keilmuan yang berbeda-beda, maka saling memberikan masukan dan saling membantu dalam sisi yang dapat diterka dengan baik merupakan hal yang seharusnya dilakukan agar proses pemecahan masalah berjalandengan baik.
10 Muhammad Mahmud Al Hilah, Tharaiq At Tadris wa Istiratijiyyatuhu (Al ‘Ain: Al Imarat Al
‘Arabiyyah Al Muttahidah, 2002) hal 150.
4. Mengimplementasikan strategi kooperatif dalam pengembangan kemampuan yang cocok. Artinya, tidak setiap hal dapat diimplementasikan dengan kooperatif. Maka, perlu adanya pengamatan pra-implementasi agar dapat mengetahui efektifitas dari penerapannya.
5. Penanganan bersama. Sejatinya, inti dari strategi kooperatif adalah kebersamaan dalam mengemban dam memecahkan permasalahan. Maka dari itu, ketergantungan social dalam strategi ini terbatas pada interaksi bersama sehingga tidak ada ketimpangan hak dan kewajiban dari setiap anggota.
maka, jika unsur dasar diatas tidak tersedia, maka hal tersebut tidak dapat
disebut sebagai strategi kooperatif.
Macam-macam Strategi pembelajaran Kooperatif
adapun pola-pola strategi pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Model Al Fariq (team achievement). Model ini memusatkan gayanya pada pengaruh satu sama lain dalam memberikan pengajaran atau menerima materi baru. Model ini adalah model yang paling banyak digunakan oleh beberapa tenaga pendidik. Karena pada pola ini memiliki satu ide dasar yaitu “ setiap anggota kelompok wajib mengerjakan sesuatu bersama, dan mereka belajar dan mengajar dengan teman sebayanya sehingga tanggung jawab dalam memberi tahu dan mencari tahu adalah tanggung jawab semua anggota kelompok”. 11
2. Model Jigsaw12. Model ini terfokus pada semangat murid dimana mereka menerapkan peran guru dan murid dalam satu waktu. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
A. Para murid membagi satu kelas dengan beberapa kelompok (kelompok inti). Dan guru membagi tugas inti dengan beberapa sub bab perkelompok. Lalu, setiap kelompok mempelajari dan terfokus pada sub bab tersebut sehingga semua kelompok sudah menerima pecahan dari bab tersebut.
B. Berpindah peserta didik kepada kelompok yang lain untuk berkumpul dengan kelompok lainnya. Kelompok ini disebut kelompok khusus.
11 Fahad Khalil zaid, At Ta’allum At Ta’awuni Barnamaj ‘Ilaji Qaim ‘Alaa Istiratijiyyah (Oman: Dar Al Yazuri Al Ilmiyyah li An Nasyr wa At Tawzi’, 2008) hal 57.
12 Muhammad Mahmud Al Hilah, Tharaiq At Tadris wa Istiratijiyyatuhu (Al ‘Ain: Al Imarat Al
‘Arabiyyah Al Muttahidah, 2002) hal 187.
C. Setelah berdiskusi dengan kelompok khusus tersebut kemudian kembali ke kelompok intinya dn memberitahu atas apa yang telah didiskusikan di kelompok khusus kepada anggota yang menetap di kelompok inti.
3. Model game team. Model ini sedikit mirip dengan model sebelumnya. Akan tetapi, pada model ini diadakan seperti perlombaan setiap minggu sebagai ganti dari ujian. Sehingga setiap peserta didik berlomba-lomba untuk memenangkan pertandingan dengan kelompok lain.
4. Model Group Investigasi. Model ini menekankan pada investigasi atau penyelidikan sebagai tugas dasar peserta didik. Dan dalam proses investigasi, para murid menyusun kelompok mereka yang terdiri dari 2 sampai 6 anak. Lalu mereka bersama-sama melakukam investigasi dan merencanakan sesuai dengan kehendak bersama.
5. Model kerjasama pribadi untuk kelompok. Model ini bersifat bebas. Artinya, setiap peserta didik bertukar pikiran atau membantu teman lainnya dalam mengerjakan tugas-tugas individu dan permasalahan dalam belajar. Akan tetapi, model ini tidak diperbolehkan ketika ujian. Karena, ujian adalah sebuah kegiatan uji kompetensi untuk setiap peserta didik.
Karakteristik Strategi pembelajaran kooperatif 13
berikut merupakan karakteristik dari strategi kooperatif yang membedakan
dengan strategi lain:
1. Terpadunya pengetahuan peserta didik dengan tenaga pendidik;
2. Terpadunya otoritas peserta didik dan tenaga pendidik;
3. Tenaga pendidik sangat mudah dalam menjalankan proses belajar mengajar;
4. Mendapatkan pengalaman bagi setiap individu.
Kelebihan dan kekurangan strategi kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif memberikan dampak yang sangat signifikan bagi peserta didik. Pasalnya, persiapan yang dipersiapkan sebelumnya didalam kelompok kecil mereka dan diskusi yang telah dilakukan didalam forum yang mereka buat menjadikan semua tujuan terealisasi dengan baik. Maka dari itu,
13 Zaki Al Khuzailah, Istiratijiyyat At Tadris (Oman: Al Khawarizmi Li An Nasyr wa At Tawzi’, 2002)
hal 48.
mungkin perlu kita paparkan beberapa kekurangan dan kelebihan didalam
mengimplementasikan strategi ini.
Adapun kelebihan strategi kooperatif bagi peserta didik sebagai berikut:14
a. Kemampuan kreatifitas semakin berkembang;
b. Bertambahnya kemampuan praktek;
c. Berkembangnya kemampuan memecahkan masalah;
d. Berkembangnya kemampuan kebahasaan dan penyerapan materi;
e. Bertambahnya kemampuan menghadapi perspektif yang berbeda;
f. Berkurangnya sikap fanatisme dalam pribadi dan pendapat dan menerima
perspektif berbeda;
g. Bertambahnya simpati untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan kelebihan strategi kooperatif bagi tenaga pendidik sebagai berikut:15
a. Tidak membutuhkan waktu banyak untuk menyampaikan materi;
b. Kemungkinan untuk mengikuti 8 dan 9 kelompok sama seperti mengikuti 45 opeserta didik;
c. Mengurangii usaha guru untuk memperbaiki peserta didik yang kesulitan dalam
belajar;
d. Mengurangi ujian tulis.
adapun beberapa kelemahan dari strategi ini ialah:16
a. Orang yang cakap didalam kelompok hanyalah orang yang cerdas dan pintar. Sedangkan orang yang sulit belajar lebih merasa frustasi dan putus asa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
b. Seringkali menyebabkan kelacauan dalam salah perspektif.
METODE PENELITIAN
penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan unsur statistik dan hitungan lainnya serta berdasarkan fenomologis yang menekankan pada penghayatan. Dalam hal ini,
14 Mu’taz Ibrahim dan Burhan Bal’awi, Fann At Tadris wa Tharaiq Al ‘Ammah (Kuwait: Maktabah
Fallah li An Nasyr wa At Taqzi’, 2007) hal 232.
15 ‘Affat Musthtifa Thanawi, At Tadris aal Fu’al Tahthithuhu Maharatuhu istiratijiyyatuhu taqwimuhu
(Oman: ‘Alam Al Kutub wa At Tawzi’, 2005) hal 220.
16 Mu’taz Ibrahim dan Burhan Namr Bal’awi, Fann At Tadris wa Tharaiq Al ‘Ammah (Kuwait:
Maktabah Al Fallah li An Nasyr wa At Tawzi’) hal 232.
bukan berarti tidak menggunakan penelusuran secara kuantitatif, akan tetapi lebih berkeinginan menjawab tanpa memaparkan hipotesa-hipotesa ilmiyah. Maka, data- data yang didapat berorientasi dari wawancara dan bacaan ilmiyah serta terjun ke lapangan guna melakukan observasi untuk mengeksplorasi beberapa data dengan jelas.
Kegiatan observasi dilakukan dengan memusatkan kepada kegiatan yang berlangsung dan respon pengguna/objek yang terlibat. keterlibatan dalam proses observasi ialah seluruh siswa SDN Gunung Geni. Adapun dalam kegiatan observasi ini, dilakukan sesi wawancara terhadap beberapa siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan ini menggunakan sarana google form melalui bimbingan orang tua. Dan juga, dilakukannya pengamatan secara teliti dan cermat dengan mengikutsertakan diri dalam pembelajaran dan mengikuti arahan dari dosen/tenaga pendidik.
HASIL PENELITIAN
Hasil Observasi
Kegiatan Observasi dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar SDN Gunung geni. Obeservasi ini tepatnya dilakukan di kelas 6 dan kelas 5. Namun, untuk penelitian di kelas 5 sangat kurang maksimal sehingga hanya mendapatkan responsif tanpa adanya data yang sangat kuantitatif.
Dari hasil observasi bahwasanya kelas 5 dan kelas 6 masing-masing berisikan 34 siswa dengan 10 guru tetap. Dari 34 siswa ini, terdiri dua siswa gagap teknologi dan selainnya merupakan siswa yang mengenal tehnologi. Artinya, bahwa siswa kelas 5 dan kelas 6 MI mayoritas adalah siswa yang menganl tehnologi. Sedangkan, 6 dari 10 guru tetap seringkali konsisten menjalankan strategi kooperatif dengan segala pola kooperatif.
Dalam proses observasi, peneliti menemukan beberapa pola kooperatif yang diterapkan oleh Bapak Abdurrahman. Adapun pola-pola yang diterapkan hampir seluruh pola dari strategi kooperatif. Namun, dari semua pola strategi kooperatif yang beliau terapkan kebanyakan terfokus pada kemampuan berbicara bahasa Arab. Sebab menurutnya kemampuan berbicara ialah hal yang sangat penting didalam segala study kebahasaan. Disamping bahasa sebagai alat untuk memudahkan literasi, fungsi utama dari bahasa adalah untuk mempermudah komunikasi. Adapun rincian dari penerapan pola strategi kooperatif oleh bapak Abdurrahman. ialah:
a. Pola Team Achievment, pola ini beliau terapkan dengan cara membuat beberapa kelompok dengan metode menghitung lalu dikelompokkan menjadi enam kelompok. Metode menghitung ini dilakukan dengan cara menyuruh siswa untuk menyebutkan angka dari 1 (satu) sampai 6 (enam) hingga tuntas lalu mereka berkumpul dengan hitungan yang sama, misalnya si A menyebutkan angka 6 maka dia berkumpul dengan orang yang sama menyebutkan angka 6 . Dan begitupun seterusnya. setelah dikelompokkan, lalu mereka saling bahu-membahu memahami materi yang ditentukan. Lalu perwakilan dari mereka menjelaskan materi yang didiskusikan dan kelompok lainnya mendengarkan dengan cermat lalu bertanya jika ada keraguan dan memberi saran jika menemukan kejanggalan.
b. Pola Game Team, Pola ini diterapkan dengan membuat kelompok dengan metode menghitung dan memberikan tugas membuat video tentang materi yang ditentukan lalu menayangkannya dan ditonton sekuruh kelompok dan dinilai sesuai dengan isi materi dalam video.
c. Pola investigasi, pola ini diterapkan sangat mirip dengan pola game team dimana kelompok dibentuk dengan metode menghitung kemudian mereka membuat video dengan mencari hal-hal yang berkaitan dengan materi.
dari pola-pola diatas, pola Team Achievment lebih sering digunakan didalam forum. Karena disamping pola ini merupakan pola yang mudah juga dapat dilakukan tanpa menyulitkan siswa.
Hasil Wawancara
Dari proses penelitian, kegiatan wawancara hanya dilakukan didalam mengetahui tingkat efektifitas dari strategi Kooperatif. Sehingga pertanyaan- pertanyaan yang diberikan berisi tentang seberapa efektf strategi ini digunakan pada pembelajaran daring.
Berdasarkan pengakuan siswa kelas 5 dan 6 bahwasanya mereka merasakan adanya strategi ini didalam sistem pembelajaran mereka. Sebab, disamping sering dilakukan juga diduga bahwa strategi ini dapat mengembangkan kebahasaan dengan pesat. Maka, tidak heran jika 60% dari mereka menyukai strategi ini. Namun, bukan berarti 40% dari mereka tidak menyukainya. Akan tetapi lebih memilih untuk mengatakan biasa aja dikarenakan menurut mereka banyak strategi
yang lebih dapat menyokong perkembangan kebahasaAraban terlebih didalam
Maharah Kalam.
Taufik Hidayat (Salah satu siswa kelas enam) mengatakan “Strategi ini terlihat biasa aja, mungkin ada baiknya strategi ini diganti dengan kegiatan maju ke depan dan dijadwalkan untuk semua anggota kelas”. Ungkapan ini didapat dari pengalamannya terhadap Strategi kooperatif dimana penerapannya sangat timbang pilih dan tidak merata sehingga kerap menyudutkan berbagai pihak. Hal serupa dirasakan oleh Fatimatuz Zachroh (siswa kelas 6) tentang penerapan strategi ini. Menurutnya berdiskusi bersama satu kelas lebih dapat dipahami. Sebab, kooperatif seringkali tidak dapat arahan dari tenaga pendidik sehingga tingkat kesalahfahamannya lebih tinggi.
Berbeda dengan Ahmad Dliyauddin (siswa kelas lima) yang menyatakan bahwa strategi ini sangat dia sukai. Menurutnya strategi ini sangat efektif didalam pembelajaran Maharah Kalam. Disamping efektif, strategi ini juga banyak manfaat seperti mengeratkan tali persaudaraan, memperbaiki hubungan antar teman, dan lebih dapat mendapatkan pemahaman secara eksklusif. Akan tetapi pola penerapannya seharasnya lebih diperhatikan. Pasalnya dia mengatakan bahwa “Pola tutor sebaya (Model kerjasama bebas) lebih efektif dari pola-pola biasanya, disamping dapat difahami dengan baik juga dapat membantu memecahkan masalah dengan sangat tepat”. Maka dari itu, mewakili dari jawabannya tentunya strategi ini masih dapat diandalkan didalam pembelajaran pembelajaran daring. Adapun persentase lebih rincinya terkait manfaat dari strategi kooperatif bahwa 60% siswa menganggap sangat memberikan manfaat sedangkan 30% lebih mengarah kepada keragu-raguan dan 10% menganggap kurang bermanfaat.
adapun keterlibatannya dengan Daring mendapatkan pernyataan yang sangat objektif. Hal ini dilihat dari persentase bahwa 30% siswa sangat mendukung keterlibatanya, 50% hanya mengatakan setuju dan 20% lebih keragu-raguan. Akan tetapi, ketidaksetujuan tersebut dilandasi dengan saran mereka terhadap ketepatan daring yang dapat dilibatkam dengan strategi kooperatif. Bahwasanya 30% lebih meyakini bahwa strategi kooperatif lebih cocok untuk bertatap muka langsung dan 10% lebih tidak cocok di segala kondisi. Dengan demikian, bahwa penerapan strategi kooperatif dalam pembelajaran daring dinilai cukup memberikan nilai yang
memuaskan dan dukungan yang reflektif. Sebab, keterlibatannya dapat memberikan dampak yang signifikan bagi pengembangan bakat siswa terlebih Ketika masa pandemic masih berlangsung.
Keefektifan strategi ini bukan berarti tidak menuai kendala. 40% siswa meyakini bahwa kendala terbesar dalam menerapkan strategi ini ialah mood (suasana hati). Mood adalah keadaan emosional yang bersifat sementara.17 artinya, bahwa suasana hati lebih sering menjadi penghambat dari penerapan strategi ini. Disamping sifatnya yang absurd, keberadaannya menjadikan segala sesuatu tidak lagi efisien untuk diterapkan. Kendala ini kemudian disusul dengan kendala kondisi/situasi dimana 30% dari mereka meyakini bahwa kendala ini sangat menghambat penerapannya. Sama seperti mood, kendala kondisi/situasi bersifat absurd dan terjadi tanpa adanya kesadaran sebelumnya. Maka dengan ini, perlu bagi setiap siswa untuk lebih konsisten menjaga mood dan kondisi serta situasi yang ada guna menyokong pembelajaran efektif dan efisien. Selain itu, 30% lainnya ialah tentang masalah umum yang kerap terjadi seperti kesulitan pemahaman dan kendala yang kerap terjadi tanpa diduga.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas 5 dan 6 SDN Gunung Geni bahwa mayoritas dari siswa meyakini strategi Kooperatif sangat efektif dan efisien untuk pembelajaran Daring. Hal ini dibuktikan dengan 60% siswa yang merasakan manfaatnya dan 40% siswa yang sangat meyakini keefektifannya. Dengan demikian, proses pembelajaran daring dengan strategi koopertif dapat dinyatakan Efektif.
DAFTAR PUSTAKA
17 Dr. Fadhli Rizal Makarim, 5 Fakta Tentang Mood Yang Perlu Diketahui, diakse dari halodoc.com
pada 13 mei 2020, 05.43.
iRamadhan, Hani Isma’il, 2018. Ma’ayir Maharat Al Lughah Al ‘Arabiyyah li An Nathiqin bighairiha, Giresun: Al Muntada Al ‘Arabiy At Turkiy.
Dick, Walter dan Lou Carey. 1990. The Systematic Design of Intruction, Illinois: Scott foresman and company.
Alexander Romiszowski. 1981. Designing Instructional System, London: Kohan Page.
Suparman, Atwi. 1987. Desain Instruksional, Jakarta: PAU-UT.
At Thanawi, Affat Mushthofa. 2005. Tadris Al Fa’al Tahthithuhu Maharaatuhu
istiratijiyyatuhu taqwimuhu, Oman: ‘Alam Al Kutub wa At Tawzi’. Hadar, Fakhri Rasyid. 2015. Tharaiq Tadris Ad Dirasat Al Ijtima’iyyah. Oman:
Dar Al Masirah li An Nasyri wa At Tawzi’.
As Samarrai, Nihad Sajid ‘Abud. 2019. Istiratijiyyah At Ta’allum At Ta’awuni.
Samarra: Majalah Samarra.
Stahl, R. J.1994. Cooperative Learning Social Studies, New York: Addison Wesley.
Al Hilah, Muhammad Mahmud. 2002. Tharaiq At Tadris wa Istiratijiyyatuhu, Al ‘Ain: Al Imarat Al ‘Arabiyyah Al Muttahidah.
Zaid, Fahad Khalil. 2008. At Ta’allum At Ta’awuni Barnamaj ‘Ilaji Qaim ‘Alaa Istiratijiyyah, Oman: Dar Al Yazuri Al Ilmiyyah li An Nasyr wa At Tawzi’.
Al Khuzailah, Zaki. 2002. Istiratijiyyat At Tadris, Oman: Al Khawarizmi Li An
Nasyr wa At Tawzi’.
Ibrahim, Ahmad dan Burhan Bal’awi. 2007. Fann At Tadris wa Tharaiq Al ‘Ammah, Kuwait: Maktabah Fallah li An Nasyr wa At Tawzi’.
Belum ada Komentar untuk "ANALISA EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN SISTEM DARING PADA SEKOLAH DASAR GUNUNG GENI DIMASA PANDEMI COVID-19"
Posting Komentar